Kesuksesan dari sistem transportasi bus dalam pemenuhan kebutuhan pengguna, sangat bergantung pada bagaimana bus tersebut beroperasi sebagai sebuah “sistem”. Ada komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu
1. service planning (perencanaan pelayanan),
hal ini mencakup lokasi dari rute, pemberhentian dan terminal, pemindahan dsb seiring dengan jadwal dan jumlah bus sehingga dapat menawarkan kemungkinan terbaik kebutuhan umum suatu area
2. the actual operation (eksekusi dari perencanaan),
hal ini berarti mengaplikasikan perencanaan pelayanan menjadi perjalanan bus yang aman dan dapat diandalkan disepanjang jaringan pelayanan
3. the passenger information and other services (informasi penumpang dan pelayanan lainnya),
Tujuan dari pelayanan penumpang ini adalah menfasilitasi dan memotivasi penggunaan dari transportasi publik, yang mencakup info penjadwalan yang mudah, tiket yang menarik, perpindahan yang attraktif serta penampilan yang baik, dan lain sebagainya
4. the rolling stock (kendaraan),
tujuan dari komponen ini adalah untuk meningkatkan keefektifan biaya pada satu sisi dan pada sisi lain untuk meningkatkan kenyamanan penumpang
5. the bus stops and terminals (perhentian bus dan terminal),
dalam hal ini; lokasi, instalasi, bentuk dan peralatan pemberhentian bus membuat akses transit publik menjadi lebih mudah dan meyakinkan untuk dilakukan sebagai kebutuhan yang ada pada suatu daerah
6. the rest of the network (jaringan lainnya seperti jalan dan jalur bus).
sistem bus yang modern menggunakan variasi jalan atau jalur dalam rangka untuk meyakinkan operasi yang biasa, reliable, dan punctual.
TIPE ORGANISASI
Dalam pengoperasian bus pada daerah perkotaan, bagian organisasi sangat mempengaruhi produktivitas dan keseluruhan sistem operasi dan secara tidak langsung menyediakan tingkat pelayanan bagi publik pemakainya. Ada empat elemen penting yang tercakup di dalam organisasi ini yang juga penting untuk efektifitas dan efisiensi dari sistem transportasi bus.
1. The supervisory and financing structure (termasuk formulasi politik)
Kunci utama dalam organisasi ini adalah perencanaan yang kuat dan matang serta organisasi supervising yang ideal juga harus bertanggung jawab atas perencanaan lalu lintas jalan dalam suatu area. Oleh sebab itu, sering struktur organisasi ini dipegang oleh pemerintah, entah itu pemerintah pusat atau local yang kemudian mempercayakannya pada agen operasional yang harusnya relatif punya tanggung jawab yang lemah, yaitu hanya bertanggung jawab untuk operasi hari ke hari dalam jalan yang paling efisien dan biaya yang efektif. Setidaknya ada lima kondisi pendekatan yang sangat baik untuk supervising dan pembiayaan operasi bus yaitu, koheren dan stabiltas kebijakan; pendekatan kontrak; kompetitsi; desentralisasi kekuatan politik; dan stabilitas dari sumber pendapatan
2. The organization of the operating agencies
Tujuan utama dari organisasi dalam bus operating agency ialah untuk memaksimalkan produktivitas dari personal dan peralatan lalu meningkatkan ekonomi dan efisiensi operasional dari organisasi.
3. The form of ownership of the operators
Ada beberapa tipe kepemilikan yang dapat dikategorikan, yaitu (1) Kepemilikan publik yang dalam hal ini kepemilikan penuh oleh beberapa bentuk autoritas baik lokal, daerah maupun pemerintah pusat atau organisasi; (2) Kepemilikan privat atau dalam hal ini dimabil oleh suatu badan atau lembaga mandiri (swasta); (3) Kepemilikan bersama dimana baik dari pemerintah maupun swasta memiliki bagian atau presentase masing-masing.
4. The co-ordination between the various elements of public transport (termasuk bus) that operate in the area
Dalam hal ini adalah bentuk kerjasama atau kordinasi antara elemen-elemen yang bertanggung jawab dalam publik transport yang beroperasi baik dalam suatu daerah juga antar daerah
PROSES PERENCANAAN OPERASI DAN PELAYANAN
Perencanaan sangat sering diartikan secara umum sebagai suatu aktivitas yang memformulasikan tindakan utama dan penanganan yang diambil untuk mentranformasikan sistem sekarang kepada bentuk ke depan yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai yang berpadanan dengan tujuan utama. Untuk transportasi bus atau angkutan umum, perencanaan akan melibatkan empat langkah dasar yaitu :
1. Analisa situasi saat ini dengan pandangan untuk identifikasi masalah-masalah dan menemukan penyebab terjadinya masalah tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau mendasarinya,
2. Gambaran kondisi yang akan datang termasuk tahapan kebutuhan yang ingin dicapai dari transportasi angkutan umum,
3. Formulasi dan analisis alternatif-alternatif yang tersedia dari setiap perencanaan dan tindakan-tindakan yang akan diambil,
4. Evaluasi setiap alternative yang tersedia dan seleksi akhir atau memformulasikan perencaanaan (jangka panjang) yang akan digunakan.
Pada umumnya, untuk perencanaan jangka panjang dalam transportasi bus ini, ada beberapa isu atau hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti :
• Armada-armada yang tersedia,
• Konstruksi maintenance (pemeliharaan) dan fasilitas terminal,
• Organisasi besar dari jaringan pelayanan,
• Perencanaan pembiayaan jangka panjang.
Sedangkan untuk aktivitas perencanaan jangka pendek dapat meliputi :
i. Identifikasi masalah lewat pengumpulan data-data,
ii. Desain tindakan-tindakan alternatif,
iii. Analisis dan evaluasi dampak dan aspek lain (misalnya biaya) dari masing-masing alternatif, dan
iv. Formulasi akhir dari alternatif yang ditentukan
Dalam perencanaan jangka pendek ini memang aka nada modifikasi yang dibutuhkan pada sistem dalam jangka pendek seperti pada satu sampai tiga tahun ke depan. Ada dua pokok pembahasan utama yang bisa dikategorikan yaitu :
1. Pergantian rute
– Rute baru
– Alterasi terhadap rute eksisting
– Rute realignment
– Pengabaian rute
– Perencanaan kembali struktur rute
2. Pergantian Operasional
– Frekuensi penjadwalan yang baru
– Jam Operasional yang baru
– Tipe penjadwalan yang baru
– Perubahan dalam waktu tempuh
– Pergantian lainnya
Dalam perencanaan ini, diperlukan pengumpulan data sebagai suatu sumber utama dalam mengelola, mengidentifikasi dan mengevaluasi perencanaan yang akan dibuat. Dalam pengumpulan data ini, didalamnya diperlukan aspek :
– Pengemudi secara umum dan data biaya operasionalnya (termasuk pemeliharaan)
– Waktu tempuh dan waktu tunggu
– Kebutuhan perjalanan dan informasi sikap publik
– Partisipasi dan saran dari pengendara atau pengemudia angkutan umum
Seperti pada penjelasan sebelumnya, setelah pengumpulan data selesai, perencanaan dilanjutkan dengan identifikasi masalah dari data-data yang terkumpul (khususnya empat aspek data di atas). Pada dasarnya ada dua jalan yang digunakan dalam identifikasi masalah. Yang pertama adalah dengan menetapkan standar pelayanan dan yang kedua adalah dengan mengikuti saran baik dari pengemudi maupun penumpang, dan hal ini yang biasanya paling sering digunakan dalam identifikasi masalah karena langsung menuju kepada solusi dan alternatif pencegahan dan lebih mudah dibanding penerapan standar pelayanan.
Setelah identifikasi dan pembuatan alternatif ini, perencanaan kemudian diformulasikan menjadi suatu keputusan yang akan dilakukan ke depannya. Ada dua cara pada umumnya dalam penerapan formulasi, yaitu dengan menggunakan penanggung jawab tunggal dan yang kedua dengan menggunakan penanggung jawab jamak atau melibatkan banyak pihak. Pada dasarnya dalam formulasi ini, baiknya didalamnya terdapat partisipasi dan implementasi publik.
EVALUASI KINERJA DAN PELAYANAN
Sebuah operasional yang efisien dalam sistem angkutan umum, sama seperti mode lainnya, membutuhkan kerangka eksis dalam operasional yang dapat terus di monitoring, di evaluasi dan dilihat. Kerangka tersebut terdiri atas standar-standar dan indikator kinerja yang mengijinkan sebuah objek eksisting dievaluasi atau ketika menawarkan sebuah pelayanan yang baru. Sebuah indikator kinerja adalah konsep yang di desain untuk ditunjukkan, di dalam cara yang objektif dan kuatitatif dengan aspek yang pasti seperti ekonomi, teknis atau operasional, dari sebuah kinerja sistem. Tujuan dalam menentukan indikator kinerja dapat dibagi menjadi :
1. Untuk menyediakan sistem pendeteksi awal dalam menentukan kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yang tidak diinginkan;
2. Untuk menyediakan data yang membantu dalam pengambilan keputusan;
3. Untuk menolong dalam mewujudkan sebuah kinerja pasti yang diinginkan.
Dengan kata lain, indikator kinerja ini menyediakan suatu mekanisme untuk mengevaluasi kinerja dari sistem dan rute-rute secara individual.
Di sisi lain, standar pelayanan adalah suatu nilai minimum dan maksimum yang pasti dari kinerja spesifik atau indikator lain, yang tidak boleh dilampaui. Dalam hal ini, nilainya dibatasi atau sebuah objek yang secara spesifik yang akan dicapai bisa tidak berespon terhadap indikator kinerja tadi.
Indikator evaluasi kinerja dari angkutan umum atau public transport biasanya memberikan atau menekankan dua konsep yaitu efisiensi dan efektivitas. Sampai sekarang mungkin belum ada definisi pasti yang diterima secara umum atau universal terhadap kedua konsep ini. Namun salah satu dari banyak definisi itu menekankan bahwa efisiensi berbicara mengenai seberapa baik suatu pengelola perjalanan meng-utilitasi sumber daya yang ada termasuk ketersediaan pekerja, sedangkan efektivitas berbicara mengenai seberapa baik suatu pengelola perjalanan sampai kepada tujuan yang sudah ditentukannya (Departemen Transportasi U.S, 1978). Menurut pendapat lain, efisiensi memperlihatkan bagaiman pengunaan sumber daya yang baik, sedangkan efektivitas memperlihatkan tingkat pengukuran dimana pelayanan dalam perjalanan ini mencapai kebutuhan dari pengemudi dan komunitas yang ada (Fielding et al., 1977).
Definisi dan penggunaan dari indikator-indikator kinerja ini serta standar-standar pelayanan, untuk evaluasi dan memonitoring kinerja dari agen angkutan umum (public transport), terlihat secara teoritis baik dan bisa diterima untuk sebuah jalan keluar. Namun, dalam penerapannya, didapati tidak adanya suatu penerimaan yang cukup atau yang bisa diterima oleh banyak kalangan pihak dalam penggunaan kinerja tersebut seperti yang dapat diharapkan.
Indikator kinerja dan standar pelayanan, bergantung pada tipe data yang telah dikoleksi atau diperoleh serta isu-isu perencanaan kunci/utama. Karena perhatian (kunci) utama adalah dengan pengemudi (atau biaya), mayoritas dari standar-standar itu berorientasikan pada pengemudi, contohnya seperti penumpang/jam, penumpang/km, penumpang/jumlah bus; dan faktor puncak beban (nilai maksimum yang terjadi pada rute tersebut).
Saran atau solusi dari standar-standar spesifik hanya dapat dibuat setelah dengan penimbangan utuh dari kondisi-kondisi dan batasan-batasan lokal atau yang terjadi di daerah tersebut. Tidak ada aplikasi standar-standar yang universal atau umum dalam hal ini, karena kebutuhan dan kondisi dari pelayanan itu sendiri berbeda satu sama lain dari tempat ke tempat.
Sumber:
Makalah Mata Kuliah Perencanaan Angkutan Umum, Sipil UI, 2009 oleh ChS
0 Response to "Sistem Transportasi Bus"
Posting Komentar