Suka Cita Sambut Asean Open Sky

Tahun 2015 menjadi momentum paling banyak cobaan bagi angkasa pura I, perusahaan pengelola 13 bandara di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur ini beberapa kali merasakan kondisi force majeure, mulai dari bencana gunung meletus, hingga kabut asap yang berdampak pada terganggunya aktivitas penerbangan. Namun, bencana alam sesungguhnya tidak dapat diprediksi kedatangannya, manusia diharuskan untuk selalu siaga menghadapi datangnya bencana.


Hasil gambar untuk asean open sky

Beberapa gunung yang sempat meletus di sepanjang tahun 2015 di antaranya Gunung Raung, anak Gunung Rinjani, hingga Gunung Gamalama. Hampir semua bandara yang berada di sekitaran gunung tersebut merupakan bandara yang dikelola oleh Angkasa pura I sehingga mengakibatkan terganggunya berbagai aktivitas penerbangan.

“Meletusnya anak gunung Rinjani impactnya sangat besar terutama bagi Lombok dan Bali, sebelumnya ­gunung Raung juga lebih parah. Mudah-­mudahan ke depan tidak ada lagi gunung yang ­meletus. Bencana kabut asap juga ­menjadi salah satu penyebab berkurangnya penerbangan,” tutur Ida Bagus Ketut ­Juliadnyana selaku Communication Department Head Angkasa Pura I yang ditemui di kantornya pertengahan November lalu.

Dampak yang paling terasa dari berbagai kondisi force majeure tersebut adalah terjadinya keterlambatan penerbangan(delayed) bahkan beberapa maskapai tidak bisa terbang sama sekali. Pun demikian, jam kerja dari masing-masing personil tidak lagi beraturan pada keadaan bencana, meski tidak ada penerbangan, pihaknya tetap melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas bandara, pemeriksaan kelaikan maskapai, hingga fasilitas dan aktivitas bandara lainnya yang amat menunjang keselamatan dunia penerbangan itu sendiri. 


Seperti ketika di ombok beberapa waktu lalu, aktivitas bandara tetap dipantau meskipun abu vulkanik sudah tidak ada lagi. Lombok merupakan daerah terparah yang terkena dampak dari aktivitas anak gunung Rinjani, mengingat keberadaan gunung tersebut tepat di sebelah utara Lombok Raya.

Memasuki tahun baru, berbagai renovasi bahkan hingga ground breaking untuk bandara-bandara baru terus dilakukan oleh Angkasa Pura I. Berdasarkan data yang diperoleh tim Majalah Transportasi Indonesia, Investasi Angkasa Pura I terbilang cukup banyak, mulai dari pembangunan terminal baru di Bandara  Ngurah Rai, Bandara Juanda, Bandara Sepinggan Balikpapan, renovasi-renovasi kecil di bandara Hasanuddin Makassar, hingga bandara Kupang yang jumlah investasinya mencapai Rp5 triliun. ­


Kemudian disusul dengan pemindahan terminal di bandara Semarang yang saat ini masih dalam tahapan ground breaking. Di Banjarmasin, bandara yang sudah dalam tahapan ground breaking ter­kendala pada proses pembebasan tanah yang belum selesai sehingga menyebabkan pembangunan fisik belum bisa dilaksanakan. Direncanakan tahun depan bandara Kulonprogo di Jogjakarta juga bisa segera masuk tahapan ground breaking. Hingga saat ini, diakui Bagus masih terkendala dengan proses pengadaan tanah di Kulonprogo yang belum selesai, kendati demikian pihaknya telah berkoordinasi dengan pemda setempat.

0 Response to "Suka Cita Sambut Asean Open Sky"

Posting Komentar